Selasa, 05 April 2011

DINASTI BANI UMAYYAH


DINASTI BANI UMAYYAH

  D
inasti Bani Umayyah merupakah dinasti Islam pertama yang didirikan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan pada tahun 41 H/661 M. Berdirinya dinasti ini mengalami proses perjalanan yang cukup panjang, sejak dari keinginan Muawiyah bin Abi Sufyan menjadi gubernur di Damaskus hingga ia memperoleh kekuasaan dari al-Hasan bin Ali. Selama masa pemerintahan dinasti ini, banyak perkembangan yang terjadi di dalam dunia Islam, mulai dari perkembangan politik pemerintahan, ekspansi wilayah, kemajuan ilmu pengetahuan agama dan lain-lain. Oleh karena proses pembentukan dinasti ini mengalami banyak persoalan politik, sosial keagamaan dan lain-lain, maka perlu dipelajari latar belakang dan asal usul dinasti ini. Untuk mengetahui hal tersebut, berikut uraiannya.

A. Latar belakang dan sebab-sebab proses terbentuknya Dinasti Bani Umayyah
    
1.    Asal usul Bani Umayyah
Tahukah kamu, siapakah Bani Umayyah itu dan dari mana asal-usulnya? Mengapa kelompok ini menjadi peenguasa Islam yang besar pada masanya? Untuk mengetahui semua itu, silahkan kamu membaca uraian berikut ini secara seksama.
Seperti diketahui dari catatan sejarah Islam bahwa Bani Umayyah merupakan salah satu kabilah dalam masyarakat Arab Quraisy. Kabilah ini memegang tampuk kekuasaan politik dan ekonomi pada masyarakat Arab. Pada saat kekuasaannya tengan memuncak di Mekah, kabilah ini berhadapan dengan misi kerasulan Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW. Dengan misi kerasulannya berusaha mengajak kaum kerabat dan masyarakat Mekah ketika itu, untuk hanya menyembah Allah dan mengakui Muhammad adalah Rasulullah dan menyatakan diri sebagai muslim. Pada awalnya ajakan tersebut ditolak oleh sebagian masyarakat kota Mekah, termasuk Bani Umayyah. Bani Umayyah khawatir apabila mereka masuk islam dan menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW, kekuasaan mereka akan jatuh ke tangan Nabi Muhammad dan mereka menjadi orang biasa. Perasaan takutinilah yang menjadi salah satu faktor penyebab awalnya kelompok Bani Umayyah tidak mau menerima ajakan Nabi Muhammad SAW. Untuk memeluk Islam.
Sebenarnya, secara garis keturunan (geneologis) Bani Umayyah memiliki hubungan darah dengan Nabi Muhammad saw. Karena keduanya merupakan keturunan Abdi Manaf. Anak Abdi Manaf yaitu Abdi Syam dan Hasyim menjadi tokoh dan pemimpin pada dua kabilah dari suku Quraisy. Anak Abdi Syam yang bernama Umayyah termasuk salah seorang dari pemimpin dari kabilah Quraisy di zaman Jahiliyah. Keduanya senantiasa bersaing untuk merebut pengaruh dan kehormatan dari masyarakat kota Mekah.
Dalam setiap persaingan, ternyata Umayyah selalu berada pada pihak yang unggul. Karena Umayyah berasal dari keturunan keluarga bangsawan yang mempunyai harta kekayaan yang cukup melimpah. Selain itu, ia juga memiliki banyak keturunan. Unsur-unsur tersebut merupakan potensi besar yang membawa keturunan Umayyah menjadi penguasa bangsa Arab Quraisy saat itu. Diantara keturunan Umayyah yang menjadi khalifah umat Islam setelah khalifah Ali Bin Abi Thalib adalah Muawiyah bin Abi Sufyan.

2.    Proses dan sebab-sebab berdirinya Dinasti Bani Umayyah
Proses penyusunan (konsolidasi) kekuatan Bani Umayyah sebenarnya sudah dilakukan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan ketika ia menjabat gubernut Damaskus, di Syria selama lebih kurang 20 tahun. Tetapi, proses pembentukan dinasti Bani Umayyah baru mulai dapat diwujudkan secara nyata (de facto) ketika Muawiyah memperoleh kekuasaan dari al-Hasan bin Ali pada tahun 41 H/661 M. Perolehan kekuasaan dan pelimpahan wewenang itu dalam sejarah Islam dikenal dengan sebutan ‘Am al-jama’ah (tahun bersatunya umat Islam) di Maskin, dekat Madain, Kufah pada tahun 41 H/661 M. Peristiwa penting dalam perjalanan sejarah umat Islam, karena umat Islamtelah berada dalam satu kepemimpinan tunggal yaitu kepemimpinan Muawiyah bin Abi Sufyan. Peristiwa itu ditandai dengan proses penyerahan kekuasaan (khalifah) dari tangan al-Hasan bin Ali kepada Muawiyah bin Abi Sufyan yang telah berkuasa lebih kurang 6 bulan. Al-Hasan bin Ali melakukan sumpah setia dan mengakui Muawiyah bin Abi Sufyan sebagai pemimpin umat Islam. Pengakuan itu kemudian diikuti oleh para pendukungnya di kota Kufah, Irak.
Meskipun kekuasaan al-Hasan bin Ali sangan singkat, peristiwa itu mengandung makna yang sangat penting didalam proses perjalanan panjang sejarah politik umat Islam karena masa-masa itu merupakan masa peralihan dari pemerintahan khalifah yang bersifat demokratis menjadi pemerintahan yang monarchi heridities, yaitu masa pemerintahan Bani Umayyah (661-750M). Model atau sistem seperti ini kemudian dipakai oleh pemerintahan Islam pada masa-masa sesudahnya, seperti Bani Abbas, Bani Fathimiyah,Bani Umayyah di Spanyol dan sebagainya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proses dan sebab-sebab berdirinya dinasti Bani Umayyah adalah adanya keinginan dari keluarga Bani Umayyah untuk menjadi penguasa atas dunia Islam dan menggungguli suku-suku lain di Jazirah Arabia ketika itu. Berbagai cara dilakukan Muawiyah bin Abi Sufyan dan para sekutunya guna memperoleh kekuasaan tersebut, baik pada masa pemerintahan khulafaur Rasyidin, terutama pada masa pemerintahan Umar bin al-Khattab, ketika ia diangkat menjadi gubernur di Syam dan Damaskus, Syria, maupun pada masa-masa sesudahnya. Peluang besar untuk memperoleh kekuasaan itu diperoleh ketika masa pemerintahan khalifah Usman bin Affan, yang merupakan klandari Bani Umayyah. Tetapi peluang besar dan benar-benar dapat dimanfaatkan ketika al-Hasan bin Ali menjabat sebagai khalifah yang menggantikan kedudukan ayahnya, Ali bin Abi Thalib. Kesempatan inibenar-benar dimanfaatkan Muawiyah bin Abi Sufyan dan para sekutunya untuk mempengaruhi umat Islam agar melakukan penolakan atas kepemimpinan al-Hasan bin Ali. Usaha Muawiyah berhasil mempengaruhi masa hingga akhirnya al-Hasan menyerahkan kekuasaan kepada Muawiyah bin Abi Sufyan di Maskin pada tahun 41H/661 M. Dengan peralihan kekuasaan itu, akhirnya secara de facto dan de jure, Muawiyah menjadi khalifah Sebuah kedudukan politis yang sudah Lama dinanti-nantikan keluarga Bani Umayyah.